Oleh : Suroto, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES)
Kalaupun mau dikembangkan melalui birokrasi pemerintah, jauh sekali jika dibandingkan dengan pola pengembangan Badan Penanaman Investasi (BPI) Danantara. Lembaga ini dibentuk dengan serahkan asset riil BUMN sebagai modalnya melalui mekanisme imbreng (penyerahan) oleh Pemerintah. Secara hukum juga diperkuat melalui UU dan Peraturan Pemerintah. Asetnya pun sudah jelas besaranya, bernilai kurang lebih 13.000 trilyun dari hasil konsolidasi asset BUMN dan sumber asset negara lainya. Sementara manajemenya dikelola oleh mereka yang memiliki pengalaman bisnis.
Lembaga Kopdes yang minus pendanaan dan amburadul dalam kelembagaan ini pun sudah dibebani dengan berbagai agenda program nasional seperti berantas kemiskinan, pengangguran dan beban negara lainya. Ibarat kapal, Kopdes ini adalah perahu kecil yang terbuat dari bahan yang rapuh, dijejali banyak muatan dan tanpa bahan bakar yang cukup serta arah dan nahkoda yang minim pengetahuan navigasi bisnis.
Bandingkan dengan Danantara, tidak sedikitpun ada ucapan pejabat yang
bebankan kepadanya untuk turut kurangi masalah pengangguran, apalagi berantas
kemiskinan. Bank bank negara itu bahkan juga tidak diperintah untuk berantas
rentenir seperti Kopdes.
Danantara ini dibentuk melalui revisi UU BUMN sebagai dasar regulasinya. Dibahas dalam senyap hingga rakyat tidak tahu ketika hak kepemilikan konstitusional per se-nya diambil alih oleh pemerintah. Sementara Kopdes ini hanya didasarkan pada instruksi presiden dan konsep yang lemah dan salahi hakekat koperasi sebagai bisnis swasta.
Ketidakjelasan sumber pendanaan dan juga konsep kelembagaan yang
berantakan serta target ambisius pemerintah di atas maka akan tempatkan nasib
Kopdes ini tentu akan lebih parah dibandingkan nasib KUD atau BUMDes
sebelumnya. Hanya akan untungkan makelar program dalam jangka pendek dan bebani
anggaran pemerintah di tengah kondisi defisit fiskal yang semakin melebar.
Lebih parah dari itu, hanya akan menambah citra buruk koperasi di masyarakat
karena tidak hargai otonomi serta demokrasi koperasi.
Copyright © onPres. All Rights Reserved