Jakarta — Siapa bilang menyelamatkan bumi harus dimulai dari langkah besar? Dalam Workshop Sosial Budaya yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (DWP KLH/BPLH), puluhan perempuan membuktikan bahwa perubahan dapat dimulai dari hal sederhana di rumah sendiri.
Mengusung tema “Perempuan untuk Lingkungan, Ayo Jaga Bumi”, kegiatan ini menghadirkan semangat kolaboratif sekaligus edukatif dengan memadukan teori dan praktik langsung dalam pengelolaan limbah rumah tangga. Bertempat di Jakarta International Convention Center (JICC), acara ini diikuti oleh pelajar, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum yang diajak mengenali potensi daur ulang dari limbah yang sering diabaikan, seperti minyak jelantah, sisa makanan, dan plastik bekas.
Salah satu aktivitas yang paling menarik perhatian peserta adalah praktik mengolah minyak jelantah menjadi sabun dan lilin. Dengan menggunakan metode sederhana berupa perendaman minyak bekas menggunakan arang aktif dan kulit pisang selama 24 jam, minyak yang semula kotor dapat dimurnikan dan diproses menjadi produk ramah lingkungan yang berguna di rumah. Proses ini tidak hanya memperkenalkan teknik daur ulang yang mudah diterapkan, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan bahaya pembuangan minyak jelantah sembarangan terhadap lingkungan.
Selain itu, peserta juga belajar membuat cairan pembersih alami yang dikenal dengan istilah eco-enzim. Cairan ini diperoleh dari hasil fermentasi limbah organik berupa sisa buah, gula, dan air. Meski prosesnya memakan waktu hingga tiga bulan, produk akhirnya memiliki manfaat sebagai pembersih serbaguna yang aman bagi lingkungan. Praktik ini sekaligus menjadi refleksi bahwa merawat bumi memerlukan kesabaran, kedisiplinan, dan niat berkelanjutan.
Tak berhenti di situ, kreativitas peserta juga diuji dalam sesi membuat dompet dari plastik kresek. Dengan bermodalkan setrika dan lem tembak, para peserta menyulap plastik bekas menjadi dompet yang unik dan tahan lama. Melalui kegiatan ini, mereka diajak melihat plastik bukan sekadar sampah, tetapi sebagai bahan baku yang masih bisa dimanfaatkan jika diolah dengan kreatif. “Kami belajar bahwa plastik tidak harus langsung dibuang. Dengan sedikit kreativitas, bisa menjadi barang berguna dan indah,” ujar Lyna, seorang pelajar yang antusias mengikuti kegiatan.
Workshop ini turut mengangkat pentingnya perubahan gaya hidup ramah lingkungan melalui tiga tindakan sederhana namun berdampak besar: belanja secara bijak, memasak yang minim limbah, serta penghematan energi dan air. Peserta diajak membawa tas belanja sendiri, memilih produk lokal yang lebih berkelanjutan, serta menerapkan kebiasaan hemat listrik dan air di rumah masing-masing. Semua pesan disampaikan dengan pendekatan yang membumi dan dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Mayang, salah satu anggota DWP KLH/BPLH, perempuan memiliki peran sentral dalam menciptakan perubahan lingkungan. “Perempuan punya kekuatan luar biasa untuk membawa perubahan, dimulai dari dapur, kamar mandi, hingga kebun rumah. Jika dilakukan bersama-sama, dampaknya bisa menyelamatkan bumi,” ungkapnya.
Dengan pendekatan yang aplikatif dan kolaboratif, workshop ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga gerakan sosial yang membangun kesadaran dan kepedulian kolektif. Di tangan perempuan—khususnya ibu rumah tangga—limbah tak lagi menjadi beban, tetapi peluang. Rumah pun menjadi titik awal dari revolusi hijau yang nyata dan berkelanjutan. “Daur ulang minyak jelantah mungkin terlihat sederhana, tetapi jika dilakukan secara masif, bisa menjadi langkah besar menyelamatkan bumi,” tegas Lena, salah satu peserta workshop.
Copyright © onPres. All Rights Reserved