Logo onPers

Selamat Hari Raya Idul Adha 2025

Jumat, 06 Juni 2025

Iduladha merupakan hari raya umat muslim yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah. Tanggal tersebut menjadi salah satu momen penting dalam kalender Islam yang ditandai dengan puncak ibadah haji di Mekkah. Iduladha juga berkaitan erat dengan penyembelihan hewan ternak yang memenuhi syarat tertentu, di mana amalan tersebut kita kenal dengan istilah ibadah kurban.

Dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Muhamad Subhi Apriantoro, Lc., M.H., menjelaskan kurban adalah salah satu ibadah yang dianjurkan pelaksanaannya bagi umat muslim yang memiliki kelapangan harta. Sementara menurut etimologi, kata kurban berasal dari Bahasa Arab, qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat. Maksud kata dekat dalam kalimat tersebut memiliki arti mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. “Sebenarnya syariat kurban itu sudah ada sejak lama ya, tak hanya ada di syariatnya baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, tetapi juga di umat terdahulu. Jadi, syariat kurban dilatarbelakangi oleh kisah anak Nabi Adam ‘Alaihissalam sebagaimana firman Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur’an Surah Al-Mai’dah ayat 27-31,” terang Subhi yang juga merupakan pakar teologi Islam UMS.

Subhi menyebutkan Habil (anak Adam) mempersembahkan seekor kambing, sedangkan Qabil (anak Adam) mempersembahkan hasil bumi. Di antara dua kurban tersebut, yang diterima adalah kurban Habil dengan turunnya api dari langit lalu memakan kurban itu. Hal itu menjadikan Qabil iri terhadap Habil hingga terjadilah juga kasus pembunuhan pertama kali dalam sejarah umat manusia. “Lalu berikutnya, ada syariatnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, di mana ia diperintah Allah untuk menyembelih anaknya (Nabi Ismail ‘Alaihissalam),” imbuhnya.

Kisah yang disebutkan oleh Subhi dikenal sebagai “Ujian Ibrahim” atau “Kisah Kurban”. Tatkala Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya, ia tak lantas menunaikan perintah itu. Namun, ia bertanya terlebih dahulu kepada putranya Ismail, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?,” (QS. As-Saffat [37]: 102).

Akhirnya, Ismail yang penuh ketakwaan dan keikhlasan menyambut baik perintah itu. Balasan Ismail juga tertera dengan jelas di ayat yang sama, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu,” (QS. As-Saffat [37]: 102).

Sepenggal dialog penuh hikmah di atas menjadi bukti bahwa rasa cinta Ibrahim dan Ismail kepada Allah sangatlah besar, melebihi segala cinta pada apa yang ada di dunia, termasuk rasa kepemilikan terhadap anak sendiri. Keteguhan iman yang mereka miliki mengajarkan kita tentang arti pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah Yang Maha Memiliki Segalanya. “Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Nabi Ismail, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing yang bulunya panjang, tebal, dan keriting. Kisah inilah yang kemudian menjadi tonggak disyariatkannya ibadah kurban kepada kita,” jelasnya.