Jakarta - Bola panas tengah menggelinding, ini setelah ada pernyataan dari dari Luhut Binsar Pandjaitan, yang kini menjabat Ketua Dewan Ekonomi Nasional pemerintahan Pak Prabowo. dan kita tahu Luhut Binsar Panfjaitan juga punya jabatan startegis karena menduduki beberapa kali jabatan Menteri, bahkan disebut Menteri yang paling dekak dengan Presiden ke - 7 Indonesia Jokowi.
Luhut menyebut Bantuan sosial (Bansos) yang selama
ini dikucurkan untuk masyarakat RI dinilai belum memenuhi syarat. Berdasarkan
unggahan akun Instagram pribadinya, dia mengatakan dari total bansos Rp 500
triliun yang dikucurkan dalam lima tahun terakhir, hanya separuh atau 50 persen
yang benar-benar sampai ke tangan yang berhak. Pasalnya banyak masyarakat yang
tidak memenuhi syarat justru yang mendapatkan bansos. "Data ganda,
penerima yang tidak memenuhi syarat, hingga mereka yang bahkan tidak memiliki
NIK menjadi kendala utama," ujar Luhut.
Oleh karenanya, untuk menyelesaikan persoalan ini
perlu optimalisasi digitalisasi. Tujuannya untuk meningkatkan transparansi dan
akurasi distribusi bantuan. Sebagai solusi, pemerintah tengah membangun Data
Terpadu Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), yang mengintegrasikan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS), Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek), dan
Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).
Menyikapi adannya ungkapan ini, Ketua Majelis Syura Partai Ummat, Amien Rais
mengatakan, fakta yang baru terungkap ini semakin membuat murka dan
memperlihatkan secara jelas cara kerja di pemerintahan Presiden ke-7 RI, Joko
Widodo. “Pengakuan Luhut kemarin, bahwa total Bansos senilai Rp 500 Trilliun,
tapi cuma setengah yang sampai ke sasaran, setengahnya lagi salah alamat. Ini
semakin membuat murka betapa amburadulnya cara kerja rezim Mulyono,” tegasnya.
Amien Rais mengatakan bahwa selama ini yang
dilayani oleh Jokowi hanyalah kaum oligarki bukan rakyat Indonesia sendiri.
Adanya isu miring yang bertubi-tubi soal Jokowi dan pemerintahannya 2 periode,
membuat Amien Rais semakin ketir-ketir. Pihaknya khawatir akan ada gerakan
rakyat yang menakutkan. “Nah bayang-bayang bakal ada gerakan rakyat yang akan
jadi people power, nampaknya sudah semakin real,” ujar Amien.
Senada, pengamat politik dari Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menyampaikan kritik bernada
satir terhadap lemahnya pengawasan penyaluran bansos. “Ya ampun, pengawasannya
bagaimana selama ini ya? Bisa amsyong begini urusan bansos,” ujarnya.
Adi juga menyoroti ketimpangan kebijakan pemerintah
yang lebih ketat mengawasi usaha kecil dibandingkan mengatasi kebocoran
anggaran dalam jumlah besar. “Ayo MUI mana fatwanya soal begini? Malah yang
diuber-uber warung eceran penjualan gas 3 kg yang dituding bikin negara rugi,”
tegasnya.
Jika setengah dari anggaran bansos tidak jelas alirannya, maka pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki sistem perlinsos agar tidak lagi menjadi ajang pemborosan anggaran. “Rezim sudah ganti, yang begini mesti diungkap tuntas,” tandas Adi Prayitno.
Adapun menyikapi pernyataan Luhut, Menteri Sosial,
Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengaku bingung. Pasalnya, anggaran untuk bansos
yang masuk perlidungan sosial (perlinsos) tak sebesar itu, "Saya belum
mengerti betul maksud Pak Luhut tentang 50 persen yang tidak tepat sasaran
dengan nilai bantuan sekitar Rp500 triliun lebih. Yang di Kemensos, angkanya
Rp79 triliun. Itu pun sudah dengan operasional," kata Gus Ipul.
Masih kata Gus Ipul, anggaran untuk bansos Program
Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp75 triliun per tahun. Diberikan dalam bentuk
cash transfer lewat bank pelat merah atau Himbara (Himpunan Bank Pelat Merah),
dan PT Pos Indonesia (Persero). "Informasi tersebut tentunya kita jadikan
bahan evaluasi ke depan," imbuhnya.
Di sisi lain, Gus Ipul menyebut pentingnya akurasi
data penerima bantuan. Sehingga perlu intervensi yang efektif dari Kemensos
agar hasilnya bisa terukur dengan baik.
Selama 3 bulan ini, Kemensos berupaya untuk memperoleh data yang lebih akurat dengan membangun Data Terpadu Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). "Maka itulah Pak Presiden Prabowo sejak awal mengajak kita untuk memulai kerja dengan data yang akurat. Nah apa yang dikerjakan selama 3 bulan terakhir ini adalah dalam usaha untuk memperoleh data yang lebih akurat," katanya.
Mengenai perkembangan DTSEN tersebut, Gus Ipul
menjelaskan, saat ini, masih perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintah
kabupaten dan kota untuk memastikan bahwa data terbaru ini sesuai dengan
situasi dan kondisi di lapangan. "Nah, setelah nanti uji petik selesai,
sudah final, maka nanti di triwulan kedua kita akan jadikan pedoman untuk
membagi bansos maupun juga melaksanakan program PKH dan sejenisnya,"
tandasnya.
Copyright © onPres. All Rights Reserved